Pangan Sumber Karbohidrat Pengganti Nasi Berlimpah di Sultra, Ada Kambose dan Kabuto

  • Reporter: Israwati
  • Editor: Dul
  • 16 Feb 2023
  • 2413 Kali Dibaca

KENDARI, KERATONNEWS.CO.ID- Pemerintah  Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Ketahanan Pangan sebut bumi Anoa memiliki banyak jenis pangan sumber karbohidrat pengganti nasi, diantaranya sagu, jagung dan umbi-umbian. 

Maka tak heran pemerintah provinsi mengimbau masyarakat untuk mensubstitusi karbohidrat dengan jenis panganan lokal ini. 

Ketahanan pangan adalah kondisi suatu daerah tercukupi pangan dengan memanfaatkan seluruh sumber daya potensi yang dimiliki, sehingga daerah dikatakan mandiri dan berdaulat pangan. 

Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Sultra, Ari Sismanto mengatakan Sultra memang memiliki hasil panen beras yang melimpah, namun juga penghasil jagung, umbi-umbian dan utamanya sagu yang melimpah. 

Bahkan Sultra juga tengah membudidayakan tanaman pangan Sorgum yang juga kaya akan karbohidrat di Kabupaten Konawe Selatan. 
Sebagaimana slogan Dinas Ketahanan Pangan Sultra yakni "Kenyang itu Tidak Harus dengan Nasi" maka pihaknya mengimbau masyarakat memanfaatkan dan mengkonsumsi jenis pangan lokal tersebut yang dapat diolah menjadi berbagai macam makanan tradisional. 

Termasuk mengkonsumsi pangan B2SA, yaitu beragam, bergizi, aman dan sehat, di mana jenis pangan lokal yang dimaksud juga masuk kategori B2SA. 


"Kenapa? karena nasi bisa di substitusi dengan Sagu, Kabuto, Kambose, Sinole, Sinonggi, itu semua makanan tradisional kita, harusnya kita juga biasakan konsumsi itu, tapi selama ini mindset orang Indonesia belum kenyang kalau belum makan nasi," ungkapnya Rabu (15/2/2023). 

Ia juga mengatakan kebiasaan mengkonsumsi makanan B2SA harus dimulai sejak dini atau usia anak-anak, hal itu diharapkan dapat menjadikan satu generasi bangsa yang produktif, sehat, cerdas, dan handal. 

"Karena anak-anak kita sekarang ini lebih mencintai pangan yang siap saji atau instan, yang sebenarnya belum tentu dijamin kesehatannya dan dijamin kualitasnya," bebernya.


Ia menyampaikan kepada masyarakat untuk melakukan makan yang bijak, artinya makan yang cukup dan tidak berlebihan dan tidak memaksa, sehingga sampah sisa makanan tidak terlalu banyak. 

"Kita bisa lihat di rumah-rumah kita kadang masih membuang sisa makanan apalagi kalau ada pesta, begitu banyaknya sampah makanan," ujarnya. 
Kendati itu, ia juga meminta kepada masyarakat agar memanfaatkan lahan kosong pekarangan yang masih ada untuk ditanami tanaman pangan seperti sayuran dan buah, minimal kebutuhan keluarga tercukupi dari pekarangan. 

"Kalaupun produksinya lebih bisa menambah pendapatan keluarga dengan dijual. Secara estetika lingkungan menjadi asri, udara menjadi segar dan dengan memanfaatkan lahan pekarangan keamanan pangan yang akan dikonsumsi lebih aman dengan tidak ada kandungan pestisida," pungkasnya. (Adv)