Momen Haroa Maulid, Penjual Kue Tradisional di Baubau Banjir Pesanan

  • Reporter: Bardin
  • Editor: Dul
  • 15 Sep 2024
  • 2947 Kali Dibaca

BAUBAU, KERATONNEWS.CO.ID – Tradisi Haroa bagi masyarakat Buton sudah menjadi rutinitas setiap bulan Hijriah. Salah satunya di Bulan Maulid Nabi Muhammad atau yang dikenal dengan sebutan Maludhu bagi masyarakat Buton. Para penjual Kue tradisional untuk kebutuhan isi talang turut menikmati berkahnya karena banjir pesanan.

Ibu Dasumi, salah seorang penjual kue tradisional Buton di Pasar Wameo mengaku, sejak sepekan menjelang Maulid pesanan sudah mulai ada. Sebagian besar memesan kue untuk isi talang. Waktunya pun disesuaikan dengan pelaksanaan haroa.

“Biasanya satu minggu sebelum haroa sudah banyak yang pesan kue untuk isi talang haroa. Jadi mereka sudah sampaikan memang, nanti dekat haroa baru datang ambil. Jadi kita tetap layani karena sudah langganan,” kata Ibu Dasumi Minggu (15/9/2024).

Kata Ibu Dasumi, dalam momen bulan Maulid inilah penghasilan juga lebih besar disbanding bulan lain. Pasalnya, kegiatan haroa ini dilakukan hampir seluruh keluarga khususnya di Kota Baubau.

Ibu Fanny, seorang konsumen kue tradisional Buton yang ditemui di pasar Wameo Minggu (15/9/2024) juga membenarkan, setiap mau haroa pasti memesan kue untuk isi talang. Meskipun tidak semua harus dipesan karena ada beberapa jenis makanan dan kue yang dibuat saat pelaksanaan haroa.

“Kalau kue yang awet dan bisa disimpan kita pesan seperti bolu, baruasa, kalo kalo dan lainnya. Tapi ada yang kita bikin saat mau haroa seperti onde onde dan yang jenisnya kue basah. Itu juga tergantung kita. Bisa juga pesan nanti mau hari haroanya,” kata Fanny.

Imran Kudus seorang akademisi dan pemerhati budaya mengatakan, tradisi haroa memiliki banyak makna. Salah satunya mengajarkan bagaimana menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Selain itu seagai ungkapan rasa syukur dan permohonan doa untuk kebaikan.

“Tradisi haroa bagi masyarakat Buton merupakan tradisi turun temurun sejak kesultanan. Ini merupakan kearifan lokal yang patut dipertahankan dan dilestarikan. Ini salah satu bentuk tradisi untuk menumbuhkan nilai nilai kecintaan kepada Rasulullah. Meneladani sifat sifat dan teladan Rasulullah. Juga sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang dianugerahkan sang pencipta,” kata Imran Kudus. (A)