Cek Penyebab Sultra Rawan Gempa dan Tsunami

  • Reporter: Israwati
  • Editor: Dul
  • 01 Feb 2024
  • 2502 Kali Dibaca

KENDARI, KERATONNEWS.CO.ID- Ini penyebab Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) rawan gempa dan tsunami.

Hal ini disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat rapat koordinasi (Rakor) lintas sektoral antisipasi potensi bencana yang diinisiasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra, Kamis (1/02/2024).

Sulawesi Tenggara rawan gempa dan tsunami karena Sultra merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks, sebab terdapat beberapa jalur sumber gempa sesar aktif yaitu : 

Sesar NaikTolo (Mw7,4), Sesar Lawanopo (Mw7,5), Sesar Kendari Utara (Mw6,5), Sesar Kendari Tengah  (Mw6,5).


Sesar Kendari Selatan (Mw6,2), Sesar Buton A (Mw6,2), dan Sesar Buton B (Mw7,1).

Berdasarkan aktivasi kegempaan/seismisitas, tampak bahwa sumber gempa sesar-sesar aktif di Sulawesi Tenggara dan sekitarnya sangat aktif memicu gempa bumi dalam berbagai magnitudo dan kedalaman.

Untuk petaan bahaya (landaan) tsunami Kota Kendari yakni gempa magnitudo Mw7,5 yang dipicu oleh aktivitas Sesar Naik Tolo di laut sebelah timur Kendari dapat memicu tsunami cukup signifikan di Pesisir Pantai Kendari.

"Kemudian permodelan peta bahaya tsunami yang dilakukan menunjukkan bahwa tsunami berpotensi melanda pesisir Pantai Kota Kendari hingga setinggi 3 meter," jelasnya.

Kendati itu, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrim yang menyebabkan terjadinya potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung. Terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.


Masyarakat tetap mengupdate informasi cuaca dari BMKG (cuaca publik, cuaca penerbangan dan cuaca maritim) melalui kanal-kanal yang tersedia, baik melalui call centre 196, website BMKG, sosial media BMKG di Instagram dan YouTube serta pada aplikasi telepon pintar info BMKG.

BMKG juga mengimbau agar masyarakat mengenali lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tinggalnya, karena salah satu upaya mitigasi sesungguhnya adalah dengan memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal, sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang dapat datang sewaktu waktu.

BMKG selama ini selalu melakukan koordinasi secara pentahelik dengan pemerintah, masyarakat, akademisi, media massa dan dunia usaha terkait bencana hidrometeorologi melalui update informasi cuaca, potensi cuaca ekstrim dan potensi bencana hidrometeorologi di wilayah bencana. 


Peringatan dini cuaca juga selalu disampaikan oleh BMKG, termasuk peningkatan Sistem Koordinasi dan Kecepatan Koordinasi antar kementerian, lembaga, pemerintah daerah, TNI/Polri, LSM, serta pemuka masyarakat di daerah bencana.

Sementara itu, Pj Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto meminta Bupati/Wali Kota se- Sultra dan Forkompinda untuk menindaklanjuti apa yang menjadi pembahasan dalam Rakor tersebut.

Untuk memastikan hal itu, Andap mengaku akan melaksanakan rapat secara berkala. Kemudian membentuk grup-grup WhatsApp untuk memonitoring para kepala daerah termasuk BMKG. 

Sementara itu, Sekda Sultra, Asrun Lio mengimbau agar informasi cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG agar dipasang di setiap kantor Bupati/Wali Kota, dan BPBD. Termasuk memasang videotron yang bisa diakses oleh publik.

"Kita provinsi akan segera memasang itu, ada dari Bappenda, dan Kominfo. Videotron yang sudah terpasang akan diisi dengan informasi-informasi dari BMKG, apalagi kita akan menghadapi Pemilu ya," bebernya.

Selanjutnya perlu dilakukan mitigasi pada daerah-daerah yang rawan agar masing-masing kabupaten kota menyiapkan langkah-langkah dengan melibatkan penyelenggara Pemilu yaitu KPU dan Bawaslu untuk bersama sama mengantisipasi hal-hal buruk yang bisa terjadi pada hari H Pemilu. (Adv)