Bahan Baku Langka, Pengrajin Gerabah Tanah Liat Makin Berkurang

  • Reporter: Bardin
  • Editor: Dul
  • 15 Jul 2024
  • 2184 Kali Dibaca

BAUBAU, KERATONNEWS.CO.ID - Jumlah pengrajin Gerabah tanah Liat di Baubau semakin hari kian berkurang. Bahkan,  kini tinggal hitungan jari. Padahal, khususnya di Lipu Katobengke pernah menjadi pusat kerajinan gerabah.

Selain kalah bersaing dengan kualitas pabrik, para pengrajin juga terkendala bahan baku yang sulit didapatkan. Hal ini membuat para kalangan generasi muda enggan belajar.

Fenomena ini diakui Ibu Wa Zima, seorang pengrajin gerabah yang hingga kini masih setia merawat warisan leluhur ini. Hanya saja, ia mengaku jika tak ada lagi anak cucunya yang mau belajar.

"Tidak adami yang mau belajar, mungkin mereka tidak mau capek. Karena bikin gerabah ini harus sabar dan butuh waktu lama," kata Wa Zima Senin (15/7/2024).

Untuk bahan baku tanah liat kata Wa Zima, kini sulit didapatkan. Selama ini bahan baku harus diambil di Kelurahan Karya Baru kecamatan Sorawolio. Itupun hanya saat dibutuhkan jika ada pemesan.

"Harus tanah khusus karena kalau tidak cocok juga susah kalau dibakar. Jadi sekarang kita ambil di Karya Baru. Biasa ada yang bawakan pakai mobil," tambah Wa Zima.

Saat ini para pengrajin gerabah hanya bisa keraktivitas ketika ada yang memesan. Itupun sebagian besar untuk kebutuhan hiasan atau souvenir. Hanya sedikit yang menggunakan untuk alat memasak.

Pak Terik, seorang warga Buton memberi apresiasi kepada pengrajin gerabah. Apalagi ini kearifan lokal yang harus dirawat dan dipertahankan.

"Ini bukan soal harga dan materi tapi lebih kearah pelestarian. Kita patut beri apresiasi mereka yang masih bertahan merawat kerajinan gerabah ini. Semoga tetap bisa memberi inspirasi," kata Terik.

Senada dengan Terik, Fairus sakha pengguna gerabah tanah liat menuturkan, saat ini penggunaan gerabah semakin kurang. Selain mudah pecah, bahan yang dibutuhkan sangat langka.

"Di rumahku masih ada tapi tidak untuk di jadikan alat untuk memasak, bukanya di larang tapi Karena sulitnya untuk mendapatkannya lagi, kalau sudah pecah," kata Fairus.

Saat ini pengrajin gerabah di Baubau tinggal beberapa titik. Mereka hanya bertahan untuk mempertahankan tradisi. Untuk menopang ekonomi sudah makin sulit. (A)