Turun 4 Persen, Pj Gubernur Sultra Sebut Inflasi di Sultra Masih Terkendali

  • Reporter: LM Ismail
  • Editor: Dul
  • 27 Okt 2023
  • 2931 Kali Dibaca

KENDARI, KERATONNEWS.CO.ID - Andap Budhi Revianto, Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) menyampaikan kabar baik terkait pengendalian inflasi di Bumi Anoa.

Setelah mengalami tantangan berat pada tahun 2022, Provinsi Sulawesi Tenggara kini mencatat kinerja positif dalam mengendalikan inflasi.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pada tahun 2022, tingkat inflasi di Sulawesi Tenggara mencapai 7,39 persen, menjadikannya provinsi dengan inflasi tertinggi kedua di seluruh Indonesia.

Tingkat itu  jauh dari target pemerintah yang seharusnya berada dalam kisaran 3 persen, ditambah atau dikurangi 1 persen.

Ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk situasi pandemi COVID-19 dan dinamika ekonomi yang tidak stabil pada saat itu.

Namun, pada September 2023, tingkat inflasi di provinsi ini telah turun secara signifikan, mencapai 3,46 persen.

Meskipun masih berada di urutan kedua di Indonesia, tingkat inflasi tersebut sudah sesuai dengan target pemerintah yang memperbolehkan inflasi hingga 4 persen.

"Dengan demikian, status inflasi di Sulawesi Tenggara dapat dikategorikan sebagai moderat, menandakan bahwa inflasi relatif terkendali," katanya. 

Menurut data yang dirilis oleh Agnes Widiastuti, S.Si.,ME, Kepala BPS Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2 Oktober 2023 di Ruang Vicon Lantai II Kantor BPS Sultra, menunjukkan secara tahunan (year-on-year), inflasi pada September 2023 mencapai 3,46 persen, lebih rendah daripada inflasi tahunan Agustus 2023 yang sebesar 3,52 persen.

Bahkan dibandingkan dengan inflasi tahunan pada September 2022 yang mencapai 5,89 persen, inflasi pada September 2023 tercatat lebih rendah.

Adapun komoditas seperti beras, rokok kretek filter, ikan selar/ikan tude, rokok putih, dan daun kelor merupakan penyumbang utama inflasi bulanan, masing-masing dengan andil sebesar 0,30 persen, 0,14 persen, 0,05 persen, 0,05 persen, dan 0,03 persen.

Di sisi lain, komoditas beras, angkutan udara, rokok kretek filter, ikan layang/ikan benggol, dan mobil menjadi penyumbang utama inflasi tahunan, masing-masing dengan andil sebesar 0,83 persen, 0,45 persen, 0,32 persen, 0,16 persen, dan 0,15 persen.

Penjabat Gubernur Andap Budhi Revianto berharap agar masyarakat tidak panik menghadapi situasi ini.

Pemerintah terus mengambil langkah-langkah intervensi yang diperlukan untuk menjaga agar inflasi tetap terkendali.

Mereka juga akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Badan Urusan Logistik (Bulog), dan tim pengendalian inflasi daerah.

Selain itu, masukan dari berbagai pihak akan dimanfaatkan, dan dana belanja tidak terduga akan digelontorkan setelah diverifikasi oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), termasuk inspektorat.

"Semua tindakan ini bertujuan untuk menekan inflasi secara signifikan, menjaga stabilitas ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Sulawesi Tenggara," pungkasnya. (C)