Inflasi Sultra Turun Diangka 2,87 Persen, Pemprov Fokus Kendalikan Inflasi Hadapi Nataru

  • Reporter: La Niati
  • Editor: Dul
  • 04 Des 2023
  • 2403 Kali Dibaca

KENDARI,KERATONNEWS.CO.ID - Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan di angkah 2,87 persen. Secara nasional Sultra berada di tingkatan ke-15 dari bawah atau terendah.

Hal itu disampaikan Plh. Sekda Sultra, Yuni Nurmalawati usai mengikuti rapat koordinasi pengendalian inflasi di daerah yang setiap minggunya melalui zoom Mlmeeting yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Mendagri RI) dilaksanakan di Ruang Rapat Biro Perekonomian Setda Provinsi Sultra, Senin, (4/12/2023).

Plh. Sekda Sultra, Yuni Nurmalawati mengatakan, indeks perkembangan harga untuk di Sultra masuk dalam 10 besar terendah dan harga beras premium masuk kategori paling rendah secara nasional.

"Kita menyadari bahwa hal ini jangan menjadikan TPID menjadi lengah, tetapi harus menjadikan motivasi buat kita untuk benar-benar lebih serius lagi sesuai tupoksi masing-masing agar kita bergerak untuk mengendalikan inflasi terutama di bulan Desember ini, dalam menghadapi Nataru," ungkapnya. 

Sementara itu, dalam arahannya Mendagri RI Tito Karnavian mengatakan tren inflasi di bulan November 2023 mengalami kenaikan yaitu 2,86 persen (y-o-y), yang sebelumnya 2,56 persen  (y-o-y) di bulan yang sama pada tahun 2022 lalu.

“Untuk inflasi month-to-month juga mengalami kenaikan, dari yang bulan Oktober 2023 0,17 persen, bulan November 0,38 persen," ungkapnya 
Tito Karnavian menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara global berada di urutan 45 dari 185 negara. 

“Pertumbuhan ekonomi kita 4,94 persen dan itu cukup bagus. Sedangkan inflasi kita dibandingkan 186 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 138 dengan angka 2,86 persen (diurutkan berdasarkan inflasi tertinggi ke terendah). Posisi negara kita tidak terlalu buruk karena kita berada di posisi stabil, namun kita harus waspada karena dua bulan ini tren inflasi kita naik,” ujarnya.

Sementara itu, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan dalam paparannya, inflasi November 2023 utamanya disebabkan oleh beberapa komoditas seperti cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, yang ketiganya menyumbang andil inflasi sebesar 0,27 persen. 

“Tingkat inflasi bulanan November 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedangkan tekanan inflasi tahunan semakin meningkat pada November 2023,” jelasnya.

Untuk komoditas beras, Amalia menyebut, masih mengalami inflasi dengan tekanan yang terus melemah, yaitu sebesar 0,43 persen. 

“Pada November 2023, jumlah kota yang mengalami deflasi beras semakin bertambah jika dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya,” tuturnya.

Indeks Perkembangan Harga (IPH) di minggu kelima November 2023 di sejumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan IPH cenderung stabil dari minggu sebelumnya, yaitu sebanyak 85 persen. 

“Dari 97,69 persen kabupaten/kota di Pulau Luar Pulau Jawa dan Sumatera yang mengalami kenaikan IPH, kenaikan harga tertinggi terjadi di Poso dengan nilai IPH 6,27 persen,” ungkapnya. (A)