Disketapang Sultra: Inflasi Sultra Turun Menjadi 3,52 Persen

  • Reporter: La Niati
  • Editor: Dul
  • 02 Agu 2023
  • 2053 Kali Dibaca

KENDARI,KERATONNEWS.CO.ID - Tingkat inflasi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga Juli 2023 terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. 

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulawesi Tenggara Sultra, Ari Siswanto saat membuka Gerakan Pangan Murah (GPM) melalui pasar murah di Kota Kendari. 

"Inflasi Sultra per Juli 2023 adalah 3,52 persen Year on Year (yoy), angka ini tentunya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," ungkapnya, Rabu (2/8/2023). 

Hal ini kata Ari Siswanto merupakan capaian paling terendah sejak Bulan Oktober 2022 hingga dengan Juli 2023.

Pemantauan dilakukan pada dua kota yaitu Kota Kendari sebesar 3,70 persen yoy dan Kota Baubau sebesar 2,95 persen yoy. 

"Kita selalu bertengger di angka 5 persen, bahkan pernah tembus diangka 7, 39 persen yoy.

Alhamdulillah, pada Juli 2023 kita berada diangka 2,52 persen," ujarnya. 



Ia menuturkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan inflasi di Sultra mengalami penurunan.

Di antaranya ketersediaan bahan pokok, dengan demikian harga-harga bahan pokok tersebut juga terpantau stabil. Kemudian juga sudah dilakukan operasi pasar. 

"Bahan-bahan pokok di Sultra cukup tersedia, sehingga harganya juga stabil. Kemudian daya beli masyarakat juga meningkat," kata Ari Siswanto. 

 Lebih lanjut dikatakannya, ada beberapa komoditas yang masih mempengaruhi tingginya inflasi di Sultra, diantaranya, transportasi udara berkontribusi 0,09 persen, ikan cakalang berkontribusi diangka 0,05 persen, biaya pendidikan juga turut mempengaruhi diangka 0,05 persen.

Selanjutnya kata Ari Siswanto yaitu komoditas ikan-ikanan. Tingginya harga ikan di pasar saat ini karena dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengakibatkan ikan tangkap nelayan berkurang. 



"Untuk komoditas lainnya, Alhamdulillah Sultra mengalami deflasi salah satunya adalah beras. Cadangan beras kita masih cukup untuk empat bulan ke depan," terangnnya. 

Ari Siswanto memaparkan bahwa adanya kesenjangan harga antara produsen dan konsumen disebabkan oleh berbagai faktor yang menghambat distribusi pangan diantaranya, hambatan pasokan, cuaca, biaya pengangkutan yang tinggi, kualitas infrastruktur, perilaku pedagang dan pengelolaan stok. 

"Kondisi tersebut seringkali menimbulkan terjadinya fluktuasi pasokan dan harga pangan yang berakibat ketidakpastian harga pangan baik tingkat produsen maupun konsumen, dimana dalam ekskalasi lebih luas akan mempengaruhi inflasi," pungkasnya. (Adv)