Minat Generasi Muda Terhadap Kearifan Lokal Sangat Rendah

  • Reporter: Bardin
  • Editor: Dul
  • 17 Jan 2025
  • 3070 Kali Dibaca

BAUBAU, KERATONNEWS.CO.ID – Kemajuan teknologi berdampak pada minimnya keinginan  generasi muda untuk mengangkat citra budaya dan kearifan lokal. Hal ini menjadi tantangan dalam upaya pelestarian warisan lokal.

Asri, seorang pemerhati kearifan lokal Buton mengaku, saat ini sudah sangat jarang kalangan gnerasi muda mempelajari budaya lokal. Khusus di Buton, banyak yang mulai memudar, salah satunya pemahaman generasi terhadap syair Kabanti.

“Sudah jarang kita dengar, bahkan jangankan anak muda, kalangan orang tua saja sudah terhitung dengan jari yang bisa melantunkan kabanti,” kata Asri.

Ia mengharapkan, ada kepedulian pemerintah daerah dalam melestarikan warisan leluhur. Termasuk tradisi adat, ritual budaya, bahas, kuliner dan banyak hal lainnya.

Imran Kudus, seorang akademisi dan juga praktisi budaya mengharapkan, pemerintah memberikan perhatian khusus dalam pelestarian warisan budaya. Ia mengatakan, jika pemerintah memberikan perhatian dengan menggelar kegiatan yang mengarah pada pelestarian budaya akan memberi dampak positif bagi masyarakat.

“Harus ada perhatian khusus mungkin dengan menggelar kegiatan khusus termasuk lomba baik permainan tradisional, lomba baca kabanti atau menggelar festival budaya,” kata Imran Kudus.

Salah satu penyebab minimnya perhatian masyarakat kata dia, karena keberpihakan pemerintah yang minim. Ditambah lagi dengan masyarakat lebih focus pada media sosial dan kemajuan teknologi informasi lainnya. 

Arifin, S.Pd, seorang pendidik di Baubau mendukung jika kearifan lokal harus menjadi hal penting yang diberi perhatian oleh pemerintah. Bila perlu katanya dilakukan dengan memasukkan unsur budaya dan kearfan lokal dalam kurikulum sekolah khususnya muatan lokal.

“Kalau ini dikembangkan dengan memberikan edukasi kepada generasi muda mulai dari siswa pendidikan dasar pasti akan memberi dampak positif. Anak anak akan terbiasa mempelajari kearigan lokal. Mulai dari bahasa dan tradisi bisa secara perlahan diperkenalkan di pelajaran muatan lokal,” ujar Arifin (17/1/2025). (A)