Kain Tenun Tradisional Jadi Potensi di Ajang Promosi Daerah

  • Reporter: Bardin
  • Editor: Dul
  • 22 Jan 2025
  • 2099 Kali Dibaca

BAUBAU, KERATONNEWS.CO.ID-Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Baubau terus berupaya mempromosikan potensi daerah. Salah satunya berhasil meraih juara dua pada Sultra Tenun Karnaval akhir tahun 2024 lalu.

Kadis Pariwisata Kota Baubau H. Idrus Taufiq Saidi, S.Kom, M.Si mengatakan, Sultra Tenun Karnaval merupakan ajang promosi bagi daerah Se-Sulawesi Tenggara dalam mempromosikan tentunya tenunan dan hasil karya cipta bagi pelaku penenun. 

“Sultra tenun karnaval merupakan rangkaian tahunan yang telah beberapa kali diselenggarakan. Namun untuk 2024 kemarin pelaksanaan Sultra tenun karnaval itu ditetapkan di kendari. Ada beberapa point yang menjadi penilaian dalam festival tenun karnaval tersebut mulai dari iconiknya kemudian sajian karnavalnya, syarat-syarat tentang bagaimana penilaiannya sebenarnya memang dewan juri,” kata Idrus Taufiq (22/1/2025).

Salah satu kebanggaan Kota Baubau pada momen itu karena mendapat sebuah penghargaan meskipun dengan desain yang sederhana. Namun dari sisi konsep padu padan warna yang dinilai sangat baik hingga dapat juara kedua.

Masria, salah seorang praktisi kain tenun Buton menyampaikan apresiasi atas upaya pemerintah Kota Baubau. Terutama dalam mempromosikan hasil karya tenun tradisional. Namun, ia juga mengharapkan agar ada pemberdayaan yang berkesinambungan dari pemerintah kepada para pengrajin. Termasuk bagaimana upaya pemasaran sehingga membantu para pengrajin.

“Bagus juga kalau didampingi semua pengrajin, terus dibantu permodalan dan pengembangan keterampilan. Termasuk juga bagaimana pemasaran hasil tenunan untuk membantu peningkatan ekonomi para pelaku UMKM,” kata Masria.

Imran Kudus, pemerhati budaya Buton menuturkan, kain tradisional Buton beraneka ragam. Termasuk model serta namanya. Sebagian besar juga memiliki makna filosofis tersendiri.

“Banyak nama kain tenun Buton, semua memiliki corak dan pemberian namanya juga memiliki makna filosofis. Dulu para pengrajin selalu mengaitkan nama kain tenun sesuai corak misalnya nama tumbuhan atau sebuah peristiwa,” kata Imran Kudus. (A)