Petani Rumput Laut di Baubau Kejar Masa Produksi

  • Reporter: Bardin
  • Editor: Dul
  • 09 Jul 2023
  • 3016 Kali Dibaca

BAUBAU, KERATONNEWS.CO.ID – Para Nelayan Kota Baubau khususnya yang bermukim di kawasan pesisir Kelurahan Bone-Bone sebagian besar ‘banting stir’ menjadi petani rumput laut. Untuk kegiatan budidaya, dimanfaatkan para petani rumput dengan membuat pondok di sepanjang pesisir pantai. Lokasi ini dijadikan sebagai tempat pembibitan hingga penjemuran rumput laut.

Mansur, salah seorang petani rumput laut mengaku, aktivitas budidaya tidak sepanjang tahun, namun hanya dimanfaatkan pada musim timur. 

“Perkiraan kita hanya sampai bulan November. Karena setelah itu akan masuk musim barat semua akan berhenti. Sudah masuk musim badai,” kata Mansur yang ditemui Minggu (9/7/2023).

Ia menambahkan, posisi pesisir pantai berhadapan dengan laut yang saat masuk musim barat secara langsung diterjang ombak dari arah barat. 

“Jadi mulai bulan desember sampai bulan mei kita istrahat lagi,” ujarnya.

Saharidu, petani lain yang juga membudidayakan rumput laut mengatakan, untuk membantu kegiatan budidaya, setiap petani rumput laut juga melibatkan beberapa karyawan. Mereka bertugas untuk membantu mengikat bibit dan mendapat upah sesuai kesepakatan. 

“Untuk membantu mempercepat proses budidaya kita dibantu keluarga. Untuk menambah penghasilan juga kita hitung sesuai kesepakatan,” kata Saharidu.

Soal harga rumput laut, saat ini informasi yang dihimpun di lapangan, harga rumput laut yang dijual oleh petani berkisar Rp 19 ribu per kilogram. 

Andra, seorang pengepul yang menampung hasil panen rumput laut petani mengatakan, harga pasaran rumput laut menyesuaikan permintaan. Pihaknya hanya menyesuaikan dengan harga penjualan di tingkat agen. 

“Kita menyesuaikan harga penjualan juga, jadi untuk harga bukan kami yang menentukan tapi mengikut standar dari agen yang memasok dari pengepul,”kata Andra.

Bahkan, soal harga ini kata Andra lagi, sebelumnya bahkan sampai beberapa kali lipat lebih tinggi. Namun, seiring waktu harga terus menurun hingga saat ini hanya berkisar dibawah Rp 20 ribu. 

“Dulu kalau tidak salah, harga penjualan malah sampai Rp 44 Ribu per kilo. Tapi sekarang turun separuhnya. Mungkin karena kondisi pasar dan permintaan,” katanya. (A)