Ini Komoditi Perkebunan Unggulan Sultra

  • Reporter: Israwati
  • Editor: Dul
  • 31 Okt 2023
  • 2583 Kali Dibaca

KENDARI, KERATONNEWS.CO.ID- Berikut beberapa komoditi perkebunan unggulan Sulawesi Tenggara (Sultra).

Diantaranya kakao, mete, kelapa, cengkeh, lada, dan pala. Untuk komoditi yang diekspor di 2023 ini kelapa dalam bentuk kopra hitam ke perdagangan antar pulau ke Surabaya sebanyak 80 ton, serta arang tempurung kelapa 30 ton.

Luas lahan kelapa di Sultra pada 2022 sekitar 60.000 hektare, dengan produksi 41.000 ton dan 442 kg per hektare nya.

Kakao 227.000 hektare, produksi 104 ton per hektare, sedangkan mete 112.000 hektare. 

Berdasarkan pemetaan Kementerian Pertanian kawasan penghasil kelapa berada di Kabupaten Bombana, Konawe Selatan (Konsel), Kolaka Utara (Kolut), Konawe Utara (Konut) Buton, dan Buton Utara (Butur).
Kemudian mete di Kabupaten Muna, Muna Barat (Mubar), Buton, Buton Tengah (Buteng), sebagian Buton Utara (Butur), dan Bombana.

Kakao berada di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara (Kolut) dan Kolaka Timur (Koltim), Konawe Selatan (Konsel), Konawe, Bombana, sebagian di Muna, dan Muna Barat.

Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra Akbar Effendi menyebut untuk produksi kakao di 2022 mengalami penurunan dari tahun 2021 sebanyak 107 ton.

Kemudian mete terdapat peningkatan produksi dari sebelumnya hanya 51, 700 ton, pada 2022 mencapai 57.000 ton.

"Produksi kita yang cenderung menurun itu kakao," kata Akbar.
Beberapa penyebab menurunnya produksi kakao di Sultra, yaitu banyaknya komoditi kakao yang sudah tua, sehingga perlu dilakukan peremajaan. 

Hama penyakit yang menyerang buah kakao, dan peralihan komoditi yang ditanam petani, 

"Komoditi kakao berubah menjadi sawit, dan tanaman pangan padi. Itu yang membuat produksi kakao kita menurun, tapi penurunan nya tidak begitu signifikan. Kakao tetap komoditi andalan kita di Sultra," jelasnya.

Kata dia, khusus kakao ditahun ke 5 sudah mulai belajar berbuah, dan bisa produksi sampai 20 tahun.



Hanya saja, tanaman kakao berbeda dengan komoditi lain. Artinya, jika tidak mendapatkan pemeliharaan dengan baik maka produksi akan berkurang. Sebab kakao memerlukan pemangkasan setiap tahunnya.

"Jadi dia ini tidak bisa dibiarkan tinggi-tinggi amat, harus dipangkas sehingga muncul lagi tunas-tunas baru," bebernya.

"Kakao itu, komoditi manja. Perlu dirawat betul, makannya perlu perawatan dan pemeliharaan maksimal. Kalau petani yang hanya mau tau tanam saja tidak ada perawatan pasti produksinya tidak bagus," bilangnya menambahkan.

Untuk memaksimalkan produksi tersebut para petani selalu diberikan pelatihan-pelatihan melalui sekolah lapang melalui UPTD Perlindungan Hama dan Penyakit.

"Mereka nginap langsung disana, untuk mengajarkan  mereka (petani) terkait cara mengatasi penyakit hama itu," tutupnya. (Adv)