Kadis Pariwisata Respon Pelestarian Kerajinan Gerabah Sebagai Kearifan Lokal

  • Reporter: Bardin
  • Editor: Dul
  • 22 Jul 2024
  • 2902 Kali Dibaca

BAUBAU, KERATONNEWS.CO.ID – Pengrajin Gerabah Tanah Liat di Kota Baubau khususnya di kelurahan Lipu dan Katobengke kini nyaris punah. Banyak hal yang menjadi penyebab warisan leluhur ini terpaksa tak mampu bertahan lagi. Namun, masih ada beberapa orang yang tetap setia merawat kerajinan ini.

Di Kelurahan Lipu dan Katobengke yang dahulu adalah sentra kerajinan Gerabah saat ini hanya beberapa ibu pengrajin yang masih bertahan. Itupun mereka beraktivitas hanya saat ada pemesan khusus. Hal ini karena masalah modal untuk mendapatkan bahan baku. Termasuk harga di pasaran yang sulit bersaing.

Kadis Pariwisata Kota Baubau H. Idrus Taufiq Saidi merespon positif keberadaan kerajinan Gerabah ini untuk tetap dipertahankan. Meskipun ia menyadari, Gerabah ini sudah nyaris punah karena tergerus kemajuan zaman. Produk buatan tangan masyarakat ini sudah tidak mampu bersaing di pasaran. 

Namun, menurut Idrus Taufiq ini bukan berbicara soal harga dan kualitas produk. Sisi yang perlu diambil adalah bagaimana kegiatan kerajinan gerabah ini memperkaya kearifan lokal.

“Intinya gerabah sebagai produk UMKM lokal Home Industri  sudah semakin sedikit yang merawatnya. Ini kita harus apresiasi jangan sampai punah. Karena memang kita akui sudah sulit bersaing. Sehingga masyarakat tidak lagi menjadikan ini sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Idrus Taufiq Senin (22/7/2024).

Ia mendukung jika nanti kerajinan gerabah ini diberikan perlakuan khusus dengan memodifikasi bahannya termasuk penggunaannya. Selain tempat masak atau yang umum pemanfaatannya seperti saat ini menjadi lebih inovatif dan kreatif agar bisa menjadi  souvenir atau oleh oleh dalam bentuk lain yang bisa lebih meningkatkan pendapatan bagi masyarakat pengrajin nantinya. 

Ibu Zaami, seorang Pengrajin Gerabah Tanah Liat di Baubau mengaku saat ini kerajinan gerabah sudah kurang diminati.  Banyak pengrajin yang sudah meninggalkan kegiatan membuat gerabah.

“Sekarang tinggal kita beberapa orang ini yang masih mau membuat gerabah ini. Itu juga kalau ada yang pesan khusus baru kita bikin. Karena kita butuh biaya juga untuk mencari tanah yang cocok. Belum lagi kita juga harus cari kebutuhan keluarga,” kata Ibu Zaami di Baubau Senin (22/7/2024).

Selama ini kata Ibu Zaami, bahan baku tanah liat yang digunakan untuk membuat gerabah harus diambil di Kecamatan Sorawolio dan membutuhkan biaya dan tenaga. Sedangkan harga jual juga sangat kecil dan terkadang hanya bisa menutupi biaya produksi.

Hanya satu yang menjadi keinginan Ibu Zaami dan beberapa pengrajin Gerabah yang lain. Mereka membutuhkan sentuhan modal agar tetap mempertahankan kearifan lokal ini. Sebab, untuk menjadikan kerajinan gerabah ini untuk memenuhi kebutuhan kaluarga sudah tidak menjanjikan.

“Kita masih tetap mau mengerjakan gerabah ini tapi harus ada modalnya. Tujuan kami agar kegiatan pembuatan gerabah ini tetap dipertahankan. Mungkin bisa untuk bahan belajar anak sekolah untuk kerajinan tangan. Siapa tahu bisa jadi hiasan karena kalau untuk memasak sekarang sudah banyak yang pakai aluminium,” tutur Ibu Zaami lagi. (B)