Pangan di Sultra Masih Aman

  • Reporter: La Niati
  • Editor: Dul
  • 01 Jun 2023
  • 2402 Kali Dibaca

KENDARI,KERATONNEWS CO.ID - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Ketahanan Pangan Sultra memastikan ketersediaan pangan masih aman. 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sultra, Ari Sismanto mengatakan ketersediaan pangan di Sultra dipastikan mencukupi berdasarkan data neraca ketersediaan dan kebutuhan bahan pokok untuk bulan Mei. Dimana, untuk stok beras masih di atas 80,023 ton,  jagung 9,149 ton, kedelai 675 ton, bawang merah 123 ton. 

"Kemudian bawang putih 141 ton, cabai besar 574 ton, cabai rawit 285 ton, daging sapi 527 ton, daging ayam ras 1, 311 ton, telur ayam ras 341 ton, gula pasir 610 ton, dan minyak goreng 182 ton," ujarnya. 


Meskipun demikian kata Ari Sismanto, ada beberapa komoditas di Sultra yang  mengalami kenaikan diantaranya harga telur ayam ras dari Rp 54 ribu per rak menjadi Rp 60 ribu. Kenaikan ini diakibatkan naiknya harga bahan baku pakan ternak yang berimbas pada kenaikan harga telur.

Menurutnya, kenaikan harga telur tersebut dipengaruhi naiknya harga kedelai dan jagung sehingga mempengaruhi harga pakan ternak naik.

"Kenaikan harga tersebut terjadi sejak beberapa hari lalu. Dimana sebelumnya telur dibanderol dengan harga Rp28 ribu per kilogram (kg) atau sekitar Rp54 ribu per rak, kini menjadi Rp30 ribu per kg atau Rp60 ribu per rak. Jadi minggu kemarin kita masih normal, tapi ada pergerakan di minggu ini.

Kalau untuk bawang merah sedikit ada kenaikan juga tapi tidak signifikan," ungkapnya.

Bahkan, kata dia salah satu daerah di Sultra yaitu Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) terjadi lonjakan indeks perubahan harga, khususnya komoditas beras, ikan kembung, dan juga minyak goreng.

"Berdasarkan hal tersebut, tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Sultra melayangkan surat ke Kolut dalam hal ini TPID untuk mengambil langkah-langkah dalam menekan laju perubahan harga. Kemudian Kolaka Utara juga sudah melakukan rapat, kemungkinan dalam waktu dekat kita akan melakukan intervensi untuk melakukan gerakan pangan murah," jelasnya.

Dia menambahkan, faktor penyebab terjadinya indeks perubahan harga untuk beberapa komoditi tersebut, diantaranya curah hujan yang tinggi dan iklim yang tidak menentu. 

"Akibatnya, sebagian panen masyarakat dan juga hasil tangkap nelayan menurun. Bahkan juga disebabkan oleh kondisi infrastruktur yang kurang memadai sehingga dalam pendistribusian bahan pokok dan barang-barang strategis lainnya sedikit terganggu," pungkasnya. (Adv)