Kadis Dikbud Sultra Pilih Cara Humanis Tangani Siswa Tawuran

  • Reporter: LM Ismail
  • Editor: Dul
  • 05 Sep 2023
  • 2337 Kali Dibaca

KENDARI, KERATONNEWS.CO.ID - Kenakalan remaja yang dilakukan oleh para siswa yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kendari baru-baru ini kembali  membuat ulah.

Pasalnya para siswa ini awalnya terlibat ricuh saat menghadiri Ekspose 5 tahun kepemimpinan Ali Mazi-Lukman Abunawas (AMAN) di Lapangan Eks MTQ Kendari, pada Minggu (2/9/2023). 

Dari kericuhan ini dua orang siswa asal Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kendari mengalami luka memar pada bagian muka dan bibir pecah hingga mengeluarkan darah akibat kejadian tersebut.  Rupa-rupanya imbas keriuhan itu membuat para siswa saling dendam satu sama lain, bahkan mengeluarkan pernyataan-pernyataan untuk melakukan pembalasan kepada siswa tempat pelaku bersekolah. 
Untuk mencegah adanya kericuhan susulan ini Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra), Yusmin  mengambil langkah cepat dengan menggelar pertemuan yang melibatkan seluruh ketua osis  SMA/SMK se-Kota Kendari dan pihak sekolah, pada Senin (3/9/2023). 

Pertemuan ini dalam rangka mengumpulkan pendapat, keluhan siswa hingga informasi penyebab kericuhan ini untuk dapat mencarikan solusi terbaik agar tidak ada salah satu pihak yang dirugikan dari adanya tawuran tersebut. 

"Untuk membuat kesepakatan bersama bahwa hal-hal ini tidak boleh terjadi dan peran-peran kita harus ditingkatkan terus.

Dan kami akan membentuk Forum Komunikasi Osis se Kota Kendari untuk sebagai tulang punggung kita dalam rangka memberikan semacam corong langka perdamaian antar siswa," ujarnya saat ditemui diruangan kerjanya, Selasa (5/9/2023). 

Dan rencananya Forum Komunikasi Osis se Kota Kendari ini dalam waktu dekat akan melakukan penyusunan program untuk dapat mengambil kebijakan dari hasil rekomendasi yang telah disepakati saat dilakukannya pertemuan. Kata dia, setelah keputusan itu nanti keluar maka pihak sekolah maupun siswa wajib untuk menaatinya. 

"Sekolah itu setiap kebijakannya berbeda-beda tetapi ketika kita membentuk Forum Komunikasi Osis inilah yang kemudian akan kita rekomendasikan secara bersama-sama tentang kebijakan sekolah secara umum dan itu harus dilakukan dipatuhi oleh semua unsur dan termasuk kita hadirkan orang tua siswa  melalui komite sekolah," tuturnya. 

Adapun terkait dengan adanya masukan masyarakat untuk mengeluarkan para siswa dari  sekolah bagi yang terlibat atau otak dari tawuran tersebut, dirinya justru menanggapi dengan cara lebih humanis. Sebab, menurutnya cara ini tidak efektif. 



Olehnya, Yusmin berfokus untuk merubah pola pikirnya terlebih dahulu dengan melakukan pendekatan-pendekatan humanis agar dapat menyentuh hati siswa. Terlebih mempertimbangkan masa depan siswa. Sebab  menurutnya anak yang nakal tidak bisa sepenuhnya di salahkan dan dicap tak memiliki masa depan, terlebih para siswa-siswi saat ini adalah aset masa depan bangsa. 

"Kan kita tidak tau ini, yang anak ini bukan berarti dia sudah tidak bisa diurus, belum tentu kan masa depan dia jelek, makanya ini yang menjadi tugas kita semua, termasuk para masyarakat untuk menjadikan anak ini jauh lebih baik kedepannya," katanya. 

Lanjutnya, dirinya mengatakan bahwa anak-anak yang nakal ini sebenarnya memiliki pemikiran jauh lebih maju hanya saja belum terarah. Sehingga terjadi hal-hal demikian. Namun dirinya yakin bila anak-anak ini dapat ditangani dengan tepat bisa menjadi siswa yang dapat membanggakan Sultra kedepannya. 

"Kalau misalnya anak ini nakal lantas kita kasih sekarang juga, lantas siapa yang akan didik. Kan  lebih brutal lagi itu. Makanya ini pilihannya sulit. Olehnya kita akan membuat satu kebijakan yang insyallah jauh lebih baik untuk masa depan  anak-anak kita," pungkasnya. (Adv.9)